Cerita ini mengambil tempat di sebuah pusat perdagangan. Saat itu sang setan membuka stan penjualan. Ia menawarkan beragam alat dan perkakas made in hell, dengan harga obral. Wajar, bila stan itu dirubung pengunjung.
Pada malam bazaar itu semua barang dagangan sang setan, masing-masing dibungkus dalam kemasan yang menarik. Ada banyak pilihan yang ditawarkan : dendam, kebencian, iri hati, cemburu, ketamakan, hawa nafsu, dan ketidakjujuran terlihat di antara barang-barang yang dipajang. Di samping pintu masuk persis di sebelah kanan, sebuah barang berbentuk seperti jepitan bersepuh emas dengan hiasan batu permata yang tampaknya sudah sering dipakai orang, ditaruh dengan anggunnya di dalam kotak kaca.
Seorang pengunjung bertanya :
“Barang apakah ini?” Kenapa harganya begitu mahal?”
Penjaga stan menjawab,”Itu namanya keputusasaan.”
“Mengapa jauh lebih mahal dibandingkan dengan perkakas lain yang dipajang di sini?” si penanya penasaran.
“Karena dengan alat itu saya dapat menjebol pintu suara hati seseorang yang tidak mempan ditembus dengan alat-alat lainnya. Sekali alat ini sudah berada di dalam, semua perkakas lainnya dengan mudah bisa menyusul masuk untuk melakukan tugasnya masing-masing.
Melihat semua ini benarlah apa yang dikatakan filsuf kelahiran Jerman, Friedrich Nietzsche dalam karyanya, Thus Spoke Zarathustra,” …. Ketika aku melihat setan dalam diriku, ia tampak sangat serius, begitu seksama, bersemangat, dang bersungguh-sungguh. Ia menyimpan daya magnet yang amat besar, sehingga setiap makhluk yang melewatinya pasti akan jatuh”.
Kamis, 21 Mei 2009
Dijual, Keputusasaan
Label: Lentera
Diposkan oleh Denithul di Kamis, Mei 21, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar